Senin, 26 November 2007
KALA MUSIBAH DATANG!
Berita mengejutkan pagi itu datang, saat aku terima telpon dari istri sahabat baruku, teman kantorku, Margono (25 tahun, 175, 68).
“Selamat pagi … (hiks) ..(hiks) …”
(Aku kaget, kog ada suara tangis …)
“selamat Pagi, mbak … ada yang bisa dibantu?”
“Mas Margono, ada mas … tolong, dari istrinya”
“Sebentar, mbak, aku panggilkan …”
“eh .. mas, tolong bilangkan suruh pulang saja”
Feelingku, ada sesuatu yang terjadi di rumah sobatku itu. Tapi istrinya tak mau menceritakannya di telepon, mungkin takut kalo suaminya shock!
Margono segera pulang setelah kusampaikan berita agar segera pulang. Wajahnya pucat. Aku pengen temani dia pulang, tapi dia menolak.
GOD … sejam setengah kemudian, Margono telpon ke hapeku.
“Mas, rumahku terbakar … habis ” nadanya sedih.
“Ya Allah …” pekikku, kaget.
Bingung, nggak bisa ngomong apa-apa.
Nggak bisa ngasih saran apa-apa.
“Yang sabar, yo mas. Keluarga gimana, baik-2 saja?”
“Alhamdulillah, Selamat mas”
“Yo wis, sing sabar ya mas”
“makasih, mas”
Hape ditutup.
I’m shock.
Bayangkan bagaimana sedihnya dia melihat rumahnya terbakar habis begitu saja, beruntung keluarganya masih selamat.
GAGAL NONTON!
Rencana mau nonton Quickie Ekspress nya Tora gagal, saat kurasakan, feelku bad banget!
Bayangan kesedihan wajah sobatku yang kena musibah masih membayang.
Rsanya nggak fair, saat sahabat kena musibah, aku malah bersenang-senang!
Ku telpon aja.
“Halo, mas …”
“Hai mas …”
“Aku kesitu ya …”
(Rumahnya di desa Mojokerto)
“Nggak usah mas, makasih … rumahku masih di cat warna item nih …”
(Nadanya udah bercanda lagi)
Aku bingung, harus ketawa atau sedih!
“Yo wis, ketemu besok aja yo!”
“OK”
Gile, ditengah musibah begini, dia masih sempat-sempatnya bercanda. Menertawai dirinya sendiri.
Salut, dia masih bisa menghibur orang lain.
Ntah, akhir-akhir ini aku selalu memikirkan dia. Jatuh cinta? Tidak.
Dia selalu hadir, saat hatiku gundah gulana. Ngajak guyon yang kadang-kadang jayus, garing … tapi aku nilai dia “polos”, nggak ada hentinya selalu coba buatku ketawa.
Semoga Allah beri dia kekuatan jiwa dalam menghadapi kehidupan ini!
PILIHAN HATI ?
Abis sholat Magrib, santai-santai, baringkan diri di kasur. Check sms-sms di hape!
Tino,”Mas, ranjangnya udah siap!”
(aduh, kog gak ada niat ke sana ya … bosen)
NGGAK KU BALAS.
Chris, manjam,”Rik, maen ke Ngagel yuk!”
“ngapain?” smsku balas.
“lagi pengen neh!”
(Aduh, kejauhan ...lagi males pergi jauh!)
Malam ini entah aku risau.
Risau yang tak bisa dijelaskan apa penyebabnya. Dan satu-satunya jalan adalah KELUAR dari RUMAH!
Setengah jam, udah ada di Pataya. Ntah kenapa, tempat kumuh ini selalu bisa buatku “tenang”. Aku merasa bahwa hatiku ada disini.
Padahal kalau dipikir, masih lebih enak di rumah, makanan ada, minuman tinggal ambil, mau nonton TV ada, mau nonton DVD ada, main kompi tinggal klik! Apalagi …?
Setengah jam, mangkal, sudah ada dua tawaran esek-esek! Lagi males, nggak masuk kriteria!
Nggak sadar, ternyata di belakang sudah ada ‘brend’ yang perhatikan aku lekat-lekat!
Gile bih anak, katarak apa … nggak salah pantengin orang dia! Atau gue yang ke Geeran sendiri!
Gue coba jalan nyeberang ke sisi kiri.
Nggak salah! Dia masih pantengin gue juga.
Mau samperin duluan, nggak enak. Nggak disamperin, juga rugi di gue dong!
Akhirnya …
Dia samperi aku juga.
“hai mas, sendiri …”
“iya, santai aja kog”
Kuperhatikan dari dekat, sosoknya.
Masih muda, kira-kira 22 tahunan, tinggi 170an, berat agak overweight, tapi wajahnya yang item manis itu ingetkan aku akan wajah provost yang pernah aku taksir!
“Raka …”
“Arik …”
Bla … Bla … Bla …
Raka cerita kalo dia sudah pantengin aku kira-kira setengah jam-an yang lalu. Tapi ragu tuk dekati, takut kalo aku type yang “somse” gitu!
“Lo nggak salah lihat kan”
“maksud mas?”
“Gue udah berumur, Ka”
“Aku suka yang dewasa, mas”
Dalam hati gue ketawa saja. Masih ada ya, bronds yang suka “orang dewasa”!
------------
Kadang gue pikir, harusnya gue sudah dewasa, tapi masih juga merasakan bahwa aku kekanak-kanakan, childish!
Masih juga egois (harusnya aku yang memikirkan orang lain ya), masih juga pengen disayang (bukan menyayang), masih suka semau gue … turuti segala kata hati gue!
Gue pikir, gue pengen jadi diri gue sendiri. Nggak penting umur berapapun, asal tidak merugikan orang lain. Entahlah, kadang aku sendiri masih belum bisa mngkonsep diriku sendiri untuk menjadi Pria Dewasa dalam arti yang sebenarnya!
----------------
SEX BEHIND The TREE !!!!
“Bodi kamu bagus, mas”
“Bagus dari Hongkong!”
“Bener kog …”
Hahahaha … rayuan gini, gue artikan sebagai seduction, bahwa dia mnerima tubuhku, mengharap aku segera melancarkan serangan-serangan fajar!
“kamu juga manis!”
Ku elus pipi halusnya. Raka pasrah!
Gue makin berani.
Kupegang rambut-rambut di kepala belakangnya. Raka menutup mata. Bibirnya yang tebel, pasrah.
Kucium sisi luar bibirnya, ujung mulutnya.
Raka menggeliat, bibirnya bereaksi, mengulum balik bibirku. Good job Boy!
Ciuman pertama ini, bikin bberapa motor yang lewat, sempat blingsatan! Hehehe … gue paling seneng kalo lagi mesra-mesra-an trus ada yang liatin gini. Gejala ekshibisionisme kali! Gawat!
Berkali-kali, berciuman panas, buat Raka nggak tahan juga.
“Kamu hot mas …”
“Biasa aja”
“Aku belum pernah dapet yg kayak kamu”
GOMBAL JUGA NIH ANAK.
Kuajak ke balik pohon di ujung lapangan tenis itu. Pohon ini selalu jadi favoritku!
Ku sandarkan tubuhnya yang gempal merapat ke pohon. Tanganku segera buka sabuknya pelan.
“Mas … ntar dilihat orang”
“Who’s care …” kataku menggila.
Kurogoh batangnya di balik celana dalamnya yang ketat. Slrekkk … dapet juga. Batangnya sudah tegang dalam genggaman tanganku.
Sambil kuremas-remas batangnya, kucium panas bibirnya. Kaki Raka unkontrol … kepit ketat pahaku.
Nikmat. Lupa segalanya!
“Mas, tuntaskan …”
Raka mulai “lancang”, buka retsluiting celanaku, turunkan sedikit, buka cdku dan hempaskan batangku di batangnya!
KLOP!
Gesek pelan-pelan … masih di sandaran pohon itu!
Beberapa motor malah berhenti beberapa meter dari pohon itu.
They watching us!
Go to Hell!!!
Nafsuku sudah membuncah! Raka juga sudah nggak tahan!
Tiba-tiba …
Raka langsung ndelosor, kulum batangnku dalam emutan lidahnya yang lembut!
“Aduh …” erangku nggak kuat menerima emutannya yang berbeda dari yang lain.
Agak goblok juga sih, sesekali masih kena gigi! Sial! Bisa-bisa lecet semua ntar!
“Pelan, Ka!”
Raka cerdas, dengan sekali instruksi, dia mengerti, teruskan blowjobnya dengan mulus …
Beberapa saat, akupun nggak kuat lagi menahan desakan magma laharku.
Srrtttt … sssrttt …. Masuk ke dalam mulut Raka.
Ku lihat tidak sepintas jijikpun di raut wajahnya. Terkesan dia malah “kurang”!
Ternyata, raka sudah “keluar” duluan. Tadi dia ngemut sambil ngocok batangnya sendiri. Masih nampak pejuh yang muncrat di bawah pohon itu. Banyak juga sih … pantes aja, pohon ini nampak subur diantara pohon-pohon lainnya.
Tukaran nomor Hape. Raka berharap masih ada kelanjutan pertemuan-petemuan selnjutnya.
Gue harus jujur, bahwa gue suka dengan dia. Tapi coba pikir lebih dala, jika gue “jalan” dengan warga Pataya, akan berakhir pula petualanganku di situ.
Gue masih pengen berkarir dan eksis di Pataya dong! Persetan apa kata orang!
Sorry, Raka … I just want to be your sex partner.
Tak lebih.
Pulang ke rumah.
Lega … hilang segala kegalauan hati ini.
Thanks God, mungkin memang ini yang harus gue jalani saat ini!
--- finish ----