Minggu, 02 Desember 2007

Debt Collector ... Masya Allah!

Rabu, 28 November 2007

DEBT KOLEKTOR.

Sepulang kerja, bebersih halaman rumah yang udah lama kutinggalkan, nggak pernah aku bersihkan. Lagi kumat malasnya. Kubuang tanaman-tanaman yang nggak penting, gulma, rumput dan bersihkan pot-pot di bawah pohon belimbing.

Tiba-tiba,

“Mbak, koen iku lek ditagih yo gelem-o”

“Gak Iso, iku urusane bojoku!”

“Lha koen lak melok mangan duite!”

Nada sengit dan saling bantah, masih terdengar dari tetangga sebelah kiriku. Pengen tahu detilnya, aku pura-pura bersihkan daun-daun di bawah pohon yang posisinya lebih dekat dengan pusat pertengkaran.

Suaranya makin jelas. Ternyata dari tiga orang pria yang tak kunal, sedang berdebat dengan tetangga sebelahku. Masalah hutang!!!

O, IC … mungkin inilah yang disebut debt kolektor. Salah satu pria yang ikut nggeruduk disitu ada yang sempat kukenali sebagai salah seorang yang sering mengendap-endap, mengawasi rumah sebelahku. Malah pernah nanya-nanya tentang keberadaan suami tetangga sebelah!

Beberapa hari yang lalu, aku sempat “mengeluh” pada Tuhan.

“Ya Tuhan, kog, nasibku nggak sebagus tetangga sebelah”

Sebagai catatan, masa kecil dia itu gobloknya setengah mati. Nggak pernah sekolah di sekolah negri! Dulu, sebagai patokan orang pinter adalah jika dia diterima di sekolah negri.

Agak “ngiri’, kog dia sekarang nasibnya udah bagus. Punya mobil dan sopir pribadi. Punya seorang suami dan dua orang anak yang manis. Sempurna sekali.

Sempat menggerutu dalam batin sendiri, Tuhan nggak adil sama aku!
Beberapa hari sempat protes, nggak mau sholat! Aduh, sungguh kualat banget aku! Enmang siapa lo, mau sholat kek enggak kek, Tuhan kan nggak bakal rugi. Harusnya malah gue sendiri yang rugi!

Balik ke Debt kolektor tadi.

Pertengkaran terdengar kian sengit!
“Brak …”

“Lho mbak ojo dibanting hape-ku!”

“Jarno, la koen nggak sopan!”

“Saking koen wedok, mbak!”

Blalalalalalbla bla …..

Ujung-ujungnya, terjadi saling ancam antara tetanggaku dengan pihak debt kolektor tadi. Saling awas!


God … aku merasa bersalah! Kenapa aku tidak juga bersyukur padaMU! Masih saja banding-2kan diriku dengan orang lain. Masih juga menginginkan menjadi orang lain.

Bagaimana jika kejadian yang menimpa tetanggaku itu menimpaku? Gue bakal kena sakit jantung pasti! Gue Bakal bikin malu keluarga, mungkin, karena terdengar oleh beberapa tetangga yang saat itu juga ada di depan rumah masing-2.

Alhamdulillah, aku nggak sampe seperti itu. Semoga gaya hidup sederhana yang aku terapkan pada diriku sendiri bisa berlangsung selamanya. Nggak pengen aja berurusan dengan yang namanya DEBT KOLEKTOR!


Kamis, 29 November 2007


Jam 09.00, masih kembalikan buku di perpustakaan kantor, saat Pardi, rekan sekantor datang, bilang kalo aku dicari bos. Ada apa sih bos, biasanya juga nggak nyari di jam-jam segini.

“Slamat siang, Bos”

“Siang, Pak. Oya, kenalkan, ini Rere”

Sesosok cewek, kurus, dengan busana jilbab warna coklat, wajah nampak agak tuir berdiri, salami aku.

“Arik”

“Rere”

Aduh, ternyata ini to, “gadis” yang mau dikenalkan bosku! Kenapa sih, orang-orang masih tidak mengerti juga. Kenapa sih, orang-orang pada “risih” dengan statusku yang single!
Tapi demi hormati niat baik bosku, akupun turuti keinginannya. Aku rela disuruh nganter Rere ke kantornya di salah satu Bank di kawasan Perak. Ya, Rere karyawati di Bank itu. Kuperkirakan usianya sudah 38 tahunan! Duh, lebih tuir beberapa tahun dari aku, pastinya!

Gue yakin, orang-orang (laki maupun perempuan) dengan usia diatas 35 tahun, masih lajang, udah pasti susah “dibengkokkan”. Sudah terbiasa dengan pola hidup yang diyakininya benar (walau salah!). Belum lagi egois yang sudah terlampau tinggi. Ditambah, over PD untuk menutupi kekurangannya! Hahaha … itu termasuk sifat gue juga. Boleh kan sesekali menelanjangi diri sendiri.

Aku sudah tahu dan yakin, tak akan berlanjut hubungan ini. Rencanaku malah akan aku “cut” begitu saja hubungan singkatku dengan Rere. Nampaknya dia berharap aku bisa menjadi bf-nya. (Lo Salah Orang, Re).

Resikonya, aku harus menjelaskan ke bosku alasan nggak lanjutnya hubunganku dengan Rere. Itu mah gampang, bilang aja nggak ada kecocokan, beres sudah. Aku juga bukan orang yang gampang didikte tentang hal apapun. Apalagi ini masalah hidupku. Let me choose myself.

Tapi …. Alamak … gangguan muncul!!

Di depan bank, waktu anter si Rere, teman dia yang di customer service dikenalkan juga. Cowok gempal, kulit putih dengan wajah boys banget. Wajah mulus ditambah rambut basah oleh gel, sungguh paduan yang serasi. Senyumnya manis banget. Lebih nggak nahan lagi, there’s a little star in his eyes! Looks Bling-bling!

Aduh, mak!

Gue jadi blingsatan setengah mati. Dia type gue banget! Tapi aku tak mau berharap banyak. Cowok seganteng dia, dengan kerja yang “bagus’, nggak bakalan lirik aku yang Cuma pegawai negeri biasa saja. Cuih.

Tama.

Dua malam aku inget selalu namanya. Wajahnya selalu terbayang-bayang. Aduh, kerasukan apa gue. Coba hilangkan itu semua dengan baca buku, nggak berhasil. Nonton Film di TV, nggak sukses!

Setttttaaaaaannnnnnn !!!!


Terpaksa, harus aku jalani ritual ku sendiri, agar aku bisa bermimpi bertemu dia!

Seusai bada’ Isya. Berdiam diri, di dalam kamar yang gelap. Ada sedikit rapalan (yang kudapat dari teman ngaji-ku dulu) yang harus dibaca beberapa kali. Ada hitungannya. Nggak boleh kurang, nggak boleh lebih. Harus Pas hitungannya. Selanjutnya, bayangkan wajah dia, hingga tertidur!!!!

Tiba-tiba …

Tama muncul di hadapanku. Senyum manis sekali.

“Hai mas …”

“Hai …”

Berikutnya, nggak bisa dihindari, hubungan badan terjadi. Tama pujaanku, Tama idolaku. Tama, yang buatku nggak bisa tidur dua hari telah aku takhlukkan. Dia bisa buatku puas, sepuas-puasnya. Ciumannya, rengkuhan mesranya, sodokan kuatnya … buatku pasrah dalam rengkuhan nafsunya! Gila … ini bener-bener Gila!

Tama yang gempal, ternyata nggak kalah buas dengan atlit sumo! Pitingan ketatnya di tubuhku, serasa meremukkan tulang-tulangku. Tekanan batang k0nt0lnya di pantatku benar-benar buatku menjerit-jerit kesakitan sekaligus nikmat! Aduhhhhh … sippppp … teruskan …..!


----- Pagi menjelang ----

Tersadar, bahwa semalam cuman mimpi doang. Rasanya baru semenit yang lalu Tama mencium hangat bibirku, sebelum pintu kamarku digedor enyak-ku, ingatkan sudah jam setengah enam pagi.

Rasanya nyesel banget udah dibangunin tadi. Mending bolos kerja aja, asal bisa seharian bercinta dengan Tama lagi.

Buruan, bangunmau ke kamar mandi …

Ooo … O oo …. Sarungku ternyata masih basah!
Daripada ketahuan mimpi basah, langsung aku rendem tuh sarung, langsung dicuci. Tumben rajin amat!


-------

12.00 Bos minta tolong setor duit ke Bank. Males dan pengen. Males, bakal ketemu Rere lagi. Pengen kesana, pengen ketemu Tama!

“Mas Arik …”

Kutoleh. God, gue salah tingkah sendiri. Kikuk. Kayak gadis 17 tahun ketemu pujaan hati. Kebayang bibir itu semalam remukkan bibirku.

“Eh, kamu Ta!”
“Mau ketemu Rere?”

(Aduh, kog nanya itu seh …, kog nggak nanya apa aku kangen sama dia! Gubrak, gue aja yang ngarep dia)

“Nggak, mau setorkan duit bos nih”

“Sini, aku setorrkan, mas …”

“Lo lagi nggak ada kerjaan ?”

“Berapa menit sih, kalo setor, nggak papa kan bantu teman”

“Thanks”

Tama menghilang di dalam kantor Bank. Nggak lama sudah muncul lagi, lengkap denga bukti setoran.

“Wah, sory ngerepotin Ta”

“nggak papa, suer”

“Udah makan siang?” tanyaku.

“Belum. Mau traktir aku, ya?”

“Ayo … makan siang bareng”

“OK”

Suasana hatiku seketika berubah. Berjalan bareng dengannya serasa singkat sekali. Tama lucu sih orangnya. Asyik. Bersamanya aku merasakan “spirit” baru.

Tapi aku masih juga tak berani ungkapkan bahwa aku suka padanya. Tapi kenapa sikapnya jadi agak-agak “aneh”. Dia nggak risih saat gandeng tanganku, waktu nyeberangi jalan di depan Barunawati. God, gue serasa Dian Sastro di Video Klip Peterpan.

Bahagia banget!

Basi banget gue ya.

Pengen ketawa sendiri.

Bawaannya riang terus!!!!!

Dil Nasiho Dil Kasiho Ya koi Hu Masya Allah … Masya Allah
(Hatiku riang, Hatiku gembira, kujatuh cinta … Masya Allah …)
----- sawariya song ----

Tidak ada komentar: