Minggu, 02 Desember 2007


Cowok Cowok Sexy!






Cowok-cowok sexy!

Curhat !!

Curhat!

Entah apa yang telah terjadi pada diriku ini.
Rasanya telah hilang "cinta" dalam diriku.
Ingin mencari kemana lagi rasa itu.
Jika harus bercinta lagi ... selalu teringat betapa
bercinta itu hanya buang-buang tenaga saja.

Tahun sudah berganti tahun.
2007 akan berganti 2008.

Akankah lakonanku akan berakhir begitu saja?
Atau akan berubah drastis ?

Entahlah, hanya Allah yang tahu.

Ku hanya  mencoba untuk berbuat baik saja.
Yang jelas harus tetap semangat dalam menjalani hidupku.
Segala cobaan dan halangan kuanggak sebagai
pembelajaran dalam menempa masa depan.


02 Desember 2007.

Kala Musibah Datang ...

Senin, 26 November 2007


KALA MUSIBAH DATANG!

Berita mengejutkan pagi itu datang, saat aku terima telpon dari istri sahabat baruku, teman kantorku, Margono (25 tahun, 175, 68).

“Selamat pagi … (hiks) ..(hiks) …”
(Aku kaget, kog ada suara tangis …)

“selamat Pagi, mbak … ada yang bisa dibantu?”

“Mas Margono, ada mas … tolong, dari istrinya”

“Sebentar, mbak, aku panggilkan …”

“eh .. mas, tolong bilangkan suruh pulang saja”

Feelingku, ada sesuatu yang terjadi di rumah sobatku itu. Tapi istrinya tak mau menceritakannya di telepon, mungkin takut kalo suaminya shock!

Margono segera pulang setelah kusampaikan berita agar segera pulang. Wajahnya pucat. Aku pengen temani dia pulang, tapi dia menolak.

GOD … sejam setengah kemudian, Margono telpon ke hapeku.

“Mas, rumahku terbakar … habis ” nadanya sedih.

“Ya Allah …” pekikku, kaget.

Bingung, nggak bisa ngomong apa-apa.

Nggak bisa ngasih saran apa-apa.

“Yang sabar, yo mas. Keluarga gimana, baik-2 saja?”

“Alhamdulillah, Selamat mas”

“Yo wis, sing sabar ya mas”

“makasih, mas”

Hape ditutup.

I’m shock.

Bayangkan bagaimana sedihnya dia melihat rumahnya terbakar habis begitu saja, beruntung keluarganya masih selamat.



GAGAL NONTON!

Rencana mau nonton Quickie Ekspress nya Tora gagal, saat kurasakan, feelku bad banget!

Bayangan kesedihan wajah sobatku yang kena musibah masih membayang.

Rsanya nggak fair, saat sahabat kena musibah, aku malah bersenang-senang!

Ku telpon aja.

“Halo, mas …”

“Hai mas …”

“Aku kesitu ya …”
(Rumahnya di desa Mojokerto)

“Nggak usah mas, makasih … rumahku masih di cat warna item nih …”
(Nadanya udah bercanda lagi)

Aku bingung, harus ketawa atau sedih!

“Yo wis, ketemu besok aja yo!”

“OK”

Gile, ditengah musibah begini, dia masih sempat-sempatnya bercanda. Menertawai dirinya sendiri.

Salut, dia masih bisa menghibur orang lain.

Ntah, akhir-akhir ini aku selalu memikirkan dia. Jatuh cinta? Tidak.

Dia selalu hadir, saat hatiku gundah gulana. Ngajak guyon yang kadang-kadang jayus, garing … tapi aku nilai dia “polos”, nggak ada hentinya selalu coba buatku ketawa.

Semoga Allah beri dia kekuatan jiwa dalam menghadapi kehidupan ini!





PILIHAN HATI ?

Abis sholat Magrib, santai-santai, baringkan diri di kasur. Check sms-sms di hape!

Tino,”Mas, ranjangnya udah siap!”
(aduh, kog gak ada niat ke sana ya … bosen)

NGGAK KU BALAS.

Chris, manjam,”Rik, maen ke Ngagel yuk!”

“ngapain?” smsku balas.

“lagi pengen neh!”
(Aduh, kejauhan ...lagi males pergi jauh!)

Malam ini entah aku risau.
Risau yang tak bisa dijelaskan apa penyebabnya. Dan satu-satunya jalan adalah KELUAR dari RUMAH!


Setengah jam, udah ada di Pataya. Ntah kenapa, tempat kumuh ini selalu bisa buatku “tenang”. Aku merasa bahwa hatiku ada disini.


Padahal kalau dipikir, masih lebih enak di rumah, makanan ada, minuman tinggal ambil, mau nonton TV ada, mau nonton DVD ada, main kompi tinggal klik! Apalagi …?


Setengah jam, mangkal, sudah ada dua tawaran esek-esek! Lagi males, nggak masuk kriteria!

Nggak sadar, ternyata di belakang sudah ada ‘brend’ yang perhatikan aku lekat-lekat!

Gile bih anak, katarak apa … nggak salah pantengin orang dia! Atau gue yang ke Geeran sendiri!

Gue coba jalan nyeberang ke sisi kiri.

Nggak salah! Dia masih pantengin gue juga.

Mau samperin duluan, nggak enak. Nggak disamperin, juga rugi di gue dong!


Akhirnya …

Dia samperi aku juga.

“hai mas, sendiri …”

“iya, santai aja kog”

Kuperhatikan dari dekat, sosoknya.
Masih muda, kira-kira 22 tahunan, tinggi 170an, berat agak overweight, tapi wajahnya yang item manis itu ingetkan aku akan wajah provost yang pernah aku taksir!

“Raka …”

“Arik …”

Bla … Bla … Bla …

Raka cerita kalo dia sudah pantengin aku kira-kira setengah jam-an yang lalu. Tapi ragu tuk dekati, takut kalo aku type yang “somse” gitu!

“Lo nggak salah lihat kan”

“maksud mas?”

“Gue udah berumur, Ka”

“Aku suka yang dewasa, mas”

Dalam hati gue ketawa saja. Masih ada ya, bronds yang suka “orang dewasa”!

------------
Kadang gue pikir, harusnya gue sudah dewasa, tapi masih juga merasakan bahwa aku kekanak-kanakan, childish!

Masih juga egois (harusnya aku yang memikirkan orang lain ya), masih juga pengen disayang (bukan menyayang), masih suka semau gue … turuti segala kata hati gue!

Gue pikir, gue pengen jadi diri gue sendiri. Nggak penting umur berapapun, asal tidak merugikan orang lain. Entahlah, kadang aku sendiri masih belum bisa mngkonsep diriku sendiri untuk menjadi Pria Dewasa dalam arti yang sebenarnya!
----------------

SEX BEHIND The TREE !!!!


“Bodi kamu bagus, mas”

“Bagus dari Hongkong!”

“Bener kog …”

Hahahaha … rayuan gini, gue artikan sebagai seduction, bahwa dia mnerima tubuhku, mengharap aku segera melancarkan serangan-serangan fajar!

“kamu juga manis!”

Ku elus pipi halusnya. Raka pasrah!

Gue makin berani.

Kupegang rambut-rambut di kepala belakangnya. Raka menutup mata. Bibirnya yang tebel, pasrah.

Kucium sisi luar bibirnya, ujung mulutnya.

Raka menggeliat, bibirnya bereaksi, mengulum balik bibirku. Good job Boy!

Ciuman pertama ini, bikin bberapa motor yang lewat, sempat blingsatan! Hehehe … gue paling seneng kalo lagi mesra-mesra-an trus ada yang liatin gini. Gejala ekshibisionisme kali! Gawat!

Berkali-kali, berciuman panas, buat Raka nggak tahan juga.

“Kamu hot mas …”

“Biasa aja”

“Aku belum pernah dapet yg kayak kamu”

GOMBAL JUGA NIH ANAK.

Kuajak ke balik pohon di ujung lapangan tenis itu. Pohon ini selalu jadi favoritku!

Ku sandarkan tubuhnya yang gempal merapat ke pohon. Tanganku segera buka sabuknya pelan.

“Mas … ntar dilihat orang”

“Who’s care …” kataku menggila.

Kurogoh batangnya di balik celana dalamnya yang ketat. Slrekkk … dapet juga. Batangnya sudah tegang dalam genggaman tanganku.

Sambil kuremas-remas batangnya, kucium panas bibirnya. Kaki Raka unkontrol … kepit ketat pahaku.

Nikmat. Lupa segalanya!

“Mas, tuntaskan …”
Raka mulai “lancang”, buka retsluiting celanaku, turunkan sedikit, buka cdku dan hempaskan batangku di batangnya!

KLOP!


Gesek pelan-pelan … masih di sandaran pohon itu!


Beberapa motor malah berhenti beberapa meter dari pohon itu.

They watching us!
Go to Hell!!!

Nafsuku sudah membuncah! Raka juga sudah nggak tahan!

Tiba-tiba …

Raka langsung ndelosor, kulum batangnku dalam emutan lidahnya yang lembut!

“Aduh …” erangku nggak kuat menerima emutannya yang berbeda dari yang lain.

Agak goblok juga sih, sesekali masih kena gigi! Sial! Bisa-bisa lecet semua ntar!

“Pelan, Ka!”

Raka cerdas, dengan sekali instruksi, dia mengerti, teruskan blowjobnya dengan mulus …

Beberapa saat, akupun nggak kuat lagi menahan desakan magma laharku.

Srrtttt … sssrttt …. Masuk ke dalam mulut Raka.

Ku lihat tidak sepintas jijikpun di raut wajahnya. Terkesan dia malah “kurang”!

Ternyata, raka sudah “keluar” duluan. Tadi dia ngemut sambil ngocok batangnya sendiri. Masih nampak pejuh yang muncrat di bawah pohon itu. Banyak juga sih … pantes aja, pohon ini nampak subur diantara pohon-pohon lainnya.



Tukaran nomor Hape. Raka berharap masih ada kelanjutan pertemuan-petemuan selnjutnya.

Gue harus jujur, bahwa gue suka dengan dia. Tapi coba pikir lebih dala, jika gue “jalan” dengan warga Pataya, akan berakhir pula petualanganku di situ.

Gue masih pengen berkarir dan eksis di Pataya dong! Persetan apa kata orang!

Sorry, Raka … I just want to be your sex partner.
Tak lebih.

Pulang ke rumah.

Lega … hilang segala kegalauan hati ini.

Thanks God, mungkin memang ini yang harus gue jalani saat ini!

--- finish ----

Debt Collector ... Masya Allah!

Rabu, 28 November 2007

DEBT KOLEKTOR.

Sepulang kerja, bebersih halaman rumah yang udah lama kutinggalkan, nggak pernah aku bersihkan. Lagi kumat malasnya. Kubuang tanaman-tanaman yang nggak penting, gulma, rumput dan bersihkan pot-pot di bawah pohon belimbing.

Tiba-tiba,

“Mbak, koen iku lek ditagih yo gelem-o”

“Gak Iso, iku urusane bojoku!”

“Lha koen lak melok mangan duite!”

Nada sengit dan saling bantah, masih terdengar dari tetangga sebelah kiriku. Pengen tahu detilnya, aku pura-pura bersihkan daun-daun di bawah pohon yang posisinya lebih dekat dengan pusat pertengkaran.

Suaranya makin jelas. Ternyata dari tiga orang pria yang tak kunal, sedang berdebat dengan tetangga sebelahku. Masalah hutang!!!

O, IC … mungkin inilah yang disebut debt kolektor. Salah satu pria yang ikut nggeruduk disitu ada yang sempat kukenali sebagai salah seorang yang sering mengendap-endap, mengawasi rumah sebelahku. Malah pernah nanya-nanya tentang keberadaan suami tetangga sebelah!

Beberapa hari yang lalu, aku sempat “mengeluh” pada Tuhan.

“Ya Tuhan, kog, nasibku nggak sebagus tetangga sebelah”

Sebagai catatan, masa kecil dia itu gobloknya setengah mati. Nggak pernah sekolah di sekolah negri! Dulu, sebagai patokan orang pinter adalah jika dia diterima di sekolah negri.

Agak “ngiri’, kog dia sekarang nasibnya udah bagus. Punya mobil dan sopir pribadi. Punya seorang suami dan dua orang anak yang manis. Sempurna sekali.

Sempat menggerutu dalam batin sendiri, Tuhan nggak adil sama aku!
Beberapa hari sempat protes, nggak mau sholat! Aduh, sungguh kualat banget aku! Enmang siapa lo, mau sholat kek enggak kek, Tuhan kan nggak bakal rugi. Harusnya malah gue sendiri yang rugi!

Balik ke Debt kolektor tadi.

Pertengkaran terdengar kian sengit!
“Brak …”

“Lho mbak ojo dibanting hape-ku!”

“Jarno, la koen nggak sopan!”

“Saking koen wedok, mbak!”

Blalalalalalbla bla …..

Ujung-ujungnya, terjadi saling ancam antara tetanggaku dengan pihak debt kolektor tadi. Saling awas!


God … aku merasa bersalah! Kenapa aku tidak juga bersyukur padaMU! Masih saja banding-2kan diriku dengan orang lain. Masih juga menginginkan menjadi orang lain.

Bagaimana jika kejadian yang menimpa tetanggaku itu menimpaku? Gue bakal kena sakit jantung pasti! Gue Bakal bikin malu keluarga, mungkin, karena terdengar oleh beberapa tetangga yang saat itu juga ada di depan rumah masing-2.

Alhamdulillah, aku nggak sampe seperti itu. Semoga gaya hidup sederhana yang aku terapkan pada diriku sendiri bisa berlangsung selamanya. Nggak pengen aja berurusan dengan yang namanya DEBT KOLEKTOR!


Kamis, 29 November 2007


Jam 09.00, masih kembalikan buku di perpustakaan kantor, saat Pardi, rekan sekantor datang, bilang kalo aku dicari bos. Ada apa sih bos, biasanya juga nggak nyari di jam-jam segini.

“Slamat siang, Bos”

“Siang, Pak. Oya, kenalkan, ini Rere”

Sesosok cewek, kurus, dengan busana jilbab warna coklat, wajah nampak agak tuir berdiri, salami aku.

“Arik”

“Rere”

Aduh, ternyata ini to, “gadis” yang mau dikenalkan bosku! Kenapa sih, orang-orang masih tidak mengerti juga. Kenapa sih, orang-orang pada “risih” dengan statusku yang single!
Tapi demi hormati niat baik bosku, akupun turuti keinginannya. Aku rela disuruh nganter Rere ke kantornya di salah satu Bank di kawasan Perak. Ya, Rere karyawati di Bank itu. Kuperkirakan usianya sudah 38 tahunan! Duh, lebih tuir beberapa tahun dari aku, pastinya!

Gue yakin, orang-orang (laki maupun perempuan) dengan usia diatas 35 tahun, masih lajang, udah pasti susah “dibengkokkan”. Sudah terbiasa dengan pola hidup yang diyakininya benar (walau salah!). Belum lagi egois yang sudah terlampau tinggi. Ditambah, over PD untuk menutupi kekurangannya! Hahaha … itu termasuk sifat gue juga. Boleh kan sesekali menelanjangi diri sendiri.

Aku sudah tahu dan yakin, tak akan berlanjut hubungan ini. Rencanaku malah akan aku “cut” begitu saja hubungan singkatku dengan Rere. Nampaknya dia berharap aku bisa menjadi bf-nya. (Lo Salah Orang, Re).

Resikonya, aku harus menjelaskan ke bosku alasan nggak lanjutnya hubunganku dengan Rere. Itu mah gampang, bilang aja nggak ada kecocokan, beres sudah. Aku juga bukan orang yang gampang didikte tentang hal apapun. Apalagi ini masalah hidupku. Let me choose myself.

Tapi …. Alamak … gangguan muncul!!

Di depan bank, waktu anter si Rere, teman dia yang di customer service dikenalkan juga. Cowok gempal, kulit putih dengan wajah boys banget. Wajah mulus ditambah rambut basah oleh gel, sungguh paduan yang serasi. Senyumnya manis banget. Lebih nggak nahan lagi, there’s a little star in his eyes! Looks Bling-bling!

Aduh, mak!

Gue jadi blingsatan setengah mati. Dia type gue banget! Tapi aku tak mau berharap banyak. Cowok seganteng dia, dengan kerja yang “bagus’, nggak bakalan lirik aku yang Cuma pegawai negeri biasa saja. Cuih.

Tama.

Dua malam aku inget selalu namanya. Wajahnya selalu terbayang-bayang. Aduh, kerasukan apa gue. Coba hilangkan itu semua dengan baca buku, nggak berhasil. Nonton Film di TV, nggak sukses!

Setttttaaaaaannnnnnn !!!!


Terpaksa, harus aku jalani ritual ku sendiri, agar aku bisa bermimpi bertemu dia!

Seusai bada’ Isya. Berdiam diri, di dalam kamar yang gelap. Ada sedikit rapalan (yang kudapat dari teman ngaji-ku dulu) yang harus dibaca beberapa kali. Ada hitungannya. Nggak boleh kurang, nggak boleh lebih. Harus Pas hitungannya. Selanjutnya, bayangkan wajah dia, hingga tertidur!!!!

Tiba-tiba …

Tama muncul di hadapanku. Senyum manis sekali.

“Hai mas …”

“Hai …”

Berikutnya, nggak bisa dihindari, hubungan badan terjadi. Tama pujaanku, Tama idolaku. Tama, yang buatku nggak bisa tidur dua hari telah aku takhlukkan. Dia bisa buatku puas, sepuas-puasnya. Ciumannya, rengkuhan mesranya, sodokan kuatnya … buatku pasrah dalam rengkuhan nafsunya! Gila … ini bener-bener Gila!

Tama yang gempal, ternyata nggak kalah buas dengan atlit sumo! Pitingan ketatnya di tubuhku, serasa meremukkan tulang-tulangku. Tekanan batang k0nt0lnya di pantatku benar-benar buatku menjerit-jerit kesakitan sekaligus nikmat! Aduhhhhh … sippppp … teruskan …..!


----- Pagi menjelang ----

Tersadar, bahwa semalam cuman mimpi doang. Rasanya baru semenit yang lalu Tama mencium hangat bibirku, sebelum pintu kamarku digedor enyak-ku, ingatkan sudah jam setengah enam pagi.

Rasanya nyesel banget udah dibangunin tadi. Mending bolos kerja aja, asal bisa seharian bercinta dengan Tama lagi.

Buruan, bangunmau ke kamar mandi …

Ooo … O oo …. Sarungku ternyata masih basah!
Daripada ketahuan mimpi basah, langsung aku rendem tuh sarung, langsung dicuci. Tumben rajin amat!


-------

12.00 Bos minta tolong setor duit ke Bank. Males dan pengen. Males, bakal ketemu Rere lagi. Pengen kesana, pengen ketemu Tama!

“Mas Arik …”

Kutoleh. God, gue salah tingkah sendiri. Kikuk. Kayak gadis 17 tahun ketemu pujaan hati. Kebayang bibir itu semalam remukkan bibirku.

“Eh, kamu Ta!”
“Mau ketemu Rere?”

(Aduh, kog nanya itu seh …, kog nggak nanya apa aku kangen sama dia! Gubrak, gue aja yang ngarep dia)

“Nggak, mau setorkan duit bos nih”

“Sini, aku setorrkan, mas …”

“Lo lagi nggak ada kerjaan ?”

“Berapa menit sih, kalo setor, nggak papa kan bantu teman”

“Thanks”

Tama menghilang di dalam kantor Bank. Nggak lama sudah muncul lagi, lengkap denga bukti setoran.

“Wah, sory ngerepotin Ta”

“nggak papa, suer”

“Udah makan siang?” tanyaku.

“Belum. Mau traktir aku, ya?”

“Ayo … makan siang bareng”

“OK”

Suasana hatiku seketika berubah. Berjalan bareng dengannya serasa singkat sekali. Tama lucu sih orangnya. Asyik. Bersamanya aku merasakan “spirit” baru.

Tapi aku masih juga tak berani ungkapkan bahwa aku suka padanya. Tapi kenapa sikapnya jadi agak-agak “aneh”. Dia nggak risih saat gandeng tanganku, waktu nyeberangi jalan di depan Barunawati. God, gue serasa Dian Sastro di Video Klip Peterpan.

Bahagia banget!

Basi banget gue ya.

Pengen ketawa sendiri.

Bawaannya riang terus!!!!!

Dil Nasiho Dil Kasiho Ya koi Hu Masya Allah … Masya Allah
(Hatiku riang, Hatiku gembira, kujatuh cinta … Masya Allah …)
----- sawariya song ----
Hanya Lelaki Biasa ...

Blog ini hanya berisi tentang cerita-2 seorang lelaki biasa saja.
Bukan selebriti bukan pula bintang top.
Tapi banyak cerita yang telah dialaminya dalam perjalanan
hidupnya.
Semoga kisah-kisahnya bisa menjadi pembelajaran buat pembacanya.


Salam Manis.
Jejakasby.